MAKALAH TEORI ORGANISASI UMUM 2
“PERILAKU KONSUMEN”
NAMA KELOMPOK 3 :
AKRIM
ALIUDIN (10111525)
ANNA
FARIKHA (10111939)
FRISKA
()
INDAH
WARTIANI PUTRI (13111576)
SITI
HALIMAH (19111526)
KELAS : 2KA41
Teori Tingkah Laku Konsumen
Teori
Tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan: Pendekatan
nilai guna (Utiliti) Cardinal dan pendekatan nilai guna Ordinal. Dalam pendekatan nilai guna Cardinal dianggap manfaat atau
kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitatif.
Berdasarka kepada pemisalan ini, dan dengan anggapan bahwa konsumen akan memaksimumkan kepuasan yang dapat dicapainya, diterangkan bagaimana seseorang akan
menentukan konsumsinya ke atas berbagai jenis barang yang terdapat di pasar.
Dalam
pendapatan nilai guna Ordinal,
manfaat atau kenikmatan yang diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan
barang-barang tidak dikuantifikasi. Tingkah laku seorang konsumen untuk memilih
barang-barang yang akan memaksimumkan kepuasan ditunjukkan dengan bantuan kurva
kepuasan sama, yaitu kurva yang menggambarkan gabungan barang yang akan
memberikan nilai guna kepuasan yang sama.
Teori Nilai Guna (Utiliti)
Di dalam teori ekonomi kepuasan atau
kenikmatan yang diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan barang-barang
dinamakan nilai guna atau utiliti. Kalau kepuasan itu semakin tinggi maka makin
tinggilah nilai gunanya atau utilitinya.
Dalam membahas mengenai nilai guna
perlu dibedakan diantara dua pengertian: Nilai Guna Total dan Nilai Guna Marginal. Nilai guna total
mengandung arti jumlah sluruh kepuasan yang diperoleh dari mengonsumsikan
sejumlah barang tertentu. Sedangkan nilai guna marginal berarti pertambahan
(atau pengurangan) penggunaan satu unit barang tertentu. Untuk melihat dengan
lebih jelas perbedaan kedua pengertian tersebut perhatikan contoh berikut.
Nilai Guna Total dari mengkonsumsikan 10 buah mangga meliputi seluruh kepuasan
yang diperoleh dari memakan semua mangga tersebut. Sedangkan nilai Guna
Marginal dari mangga yang kesepuluh adalah pertambahan kepuasan yang diperoleh
dari memakan buah mangga yang kesepuluh.
Hipotesis Utama Teori Nilai Guna
Hipotesis
utama teori nilai guna, atau lebih dikenal sebagai hukum nilai guna marginal
yang semakin menurun, menyatakan bahwa tambahan nilai guna yang akan diperoleh
seseorang mengkonsumsikan suatu barang akan menjadi semakin sedikit apabila
orang tersebut terus menurus menambah konsumsinya keatas barang tersebut. Pada
akhirnya tambahan nilai guna akan menjadi negatif yaitu apabila konsumsi keatas
barang tersebut ditambah 1 unit lagi, maka nilai guna total akan menjadi
semakin sedikit. Apakah makna dari hipotesis tersebut? Pada hakikatnya
hipotesis tersebut menjelaskan bahwa pertambahan yang terus menurus dalam
mengkonsumsi suatu barang tidak secara terus menurus menambah kepuasan yang
dinikmati orang yang mengkonsumsikannya. Pada permulaan setiap tambahan
konsumsi akan mempertinggi tingkat kepuasaan orang tersebut. Misalnya, apabila
seseorang yang berbuka puasa atau baru selesai berolahraga memperoleh segelas
air, maka iya memperoleh sejumlah kepuasaan dari padanya, dan jumlah kepuasan
itu akan menjadi bertambah tinggi apabila dapat meminum segelas air lagi.
Efek Penggantian dan Efek
Pendapatan
Ketika
menjelaskan perkaitan antara teori nilai guna dan teori permintaan telah
diuraikan bahwa hukum permintaan, yang menyatakan bahwa ceteris paribus, kalau harga naik
permintaan berkurang atau sebaliknya kalau harga turun permintaan bertambah, dapat
diterangkan dengan menganalisis dua faktor: efek peggantian dan efek pendapatan. Dalam uraian itu pada
hakikatnya diterangkan bahwa penurunan harga akan menambah permintaan karena:
·
Konsumen lebih banyak mengkonsumsi
barang itu dan mengurangi konsumsi barang lain (efek penggatian).
· Penurunan
harga menambah pendapatan riil konsumen dan kenaikan pendapatan rill ini akan
menambah konsumsi berbagai barang (efek pendapatan).
Dengan
menggunakan analisis kurva kepuasaan sama kedua faktor ini dapat dipisahkan, yaitu
dapat ditunjukan bagian dari pertambahan permintaan yang disebabkan oleh efek penggantian
dan bagian dari pertambahan permintaan yang disebabkan oleh efek pendapatan.
Teori Nilai Guna Teori Permintaan
Dengan
menggunakan teori nilai guna dapat diterangkan sebabnya kurva permintaan
bersifat menurun dari kiri atas kanan bawah yang menggambarkan bahwa semakin
rendah harga suatu barang,semakin banyak peimntaan ke atasnya. Ada dua factor
yang menyebabkan permintaan keatas suatu barang berubah sekiranya harga barang
itu mengalami perubahan : efek
penggantian dan efek pendapatan.
Efek Penggantian
Adalah
perubahan harga suatu barang mengubah nilai guna marginal per rupiah dari barang yang mengalami
perubahan harga tersebut
Efek Pendapatan
Adalah
kalau pendapatan tidak mengalami perubahan maka kenaikan harga menyebabkan
pendapatan rill menjadi semakin sedikit dengan perkataan lain,kemampuan
pendapatan yang diterim untuk membeli barang barang menjadi bertmbah kecil dari
sebelumnya. Maka kenaikan harga menyebabkan konsumen mengurangi jumlah berbagai
barang yang dibeli nya,termasuk barang yang mengalami kenaikan harg. Penurunan
harga suatu barang menyebabkan pendapatan rill bertambah,dan ini akan mendorong
harga pada pendpatan ini yang disebut efek pendapatan,lebih memperkuat lagi
efek penggantian didalam mewujudkan kurva permintaan yang menurun dari kiri
atas dan kanan bawah.
Perilaku Konsumen
Sepuluh tahun yang
lalu, General Mills memutuskan untuk
memperkenalkan produk makanan pagi baru berupa serealia (cereal). Merek baru itu, apple
Cinnamon Cheerios, yang menawarkan rasa lebih manis dan varian rasa yang
lenih banyak daripada produk yaidu Cheerios
klasik dari General Mills. Tapi
sebelum apple-Cinnamon Cheerios dapat
dipasarkan secara luas, perusahaan harus memecahkan suatu masalah penting: Berapa harga yang harus dibebankan untuk
produk tersebut ? Bagaimanapun baiknya serealia itu, profibilitasnya akan
bergantung pada penetapan harga yang dibuat perusahaan. Mengetahui bahwa
konsumen akan membayar lebih tinggi untuk sebuah produk baru tidaklah cukup pertanyaannya
adalah seberapa lebih tinggi harganya. Oleh
karena itu, General Mills harus
melakukan analisis secara hati-hati pada preverensi konsumen untuk menentukan
permintaan atas Apple-Cinnamon Cheerios.
Masalah yang dihadapi General Mills dalam menentukan
preverensi konsumen mencerminkan rumitnya permasalahan yang dihadapi kongres
Amerika Serikat dalam mengevaluasi program Food
stamps federal. Tujuan program tersebut adalah member kupon kepada rumah
tangga dengan pendapatnya rendah untuk ditukar dengan makanan. Tetapi, selalu
timbul masalah dalam perancangan pro-gram tersebut yang mempersulit
penilaiannya. Sejauh mana kupon makanan itu akan memberi lebih banyak makanan dibandingkan dengan pemberian subsidi untuk
pembelian makan yang bagai manapun juga akan mereka beli ? Dengan kata lain,
apakah program itu nantinya hanya merupakan tambahan penghasilan yang sebagai
besar bukan dibelanjakan untuk makanan, yang tidak akan menyelesaikan masalah
nutrisi pada orang miskin ? Seperti pada contoh sereal, perlu diadakan suatu
analisis tentang perilaku konsumen. Dalam hal ini, pemerintah federal harus
menentukan bagaimana pembelanjaan untuk makanan, dan tidak untuk barang-barang
lain, yang dipengaruhi oleh perubahan tingkat pendapatan dan harga.
Dengan memecahkan kedua
masalah ini –yang satu melibatkan kebijakan perusahaan dan yang lain kebijakan
publik-membutuhkan pemahaman tentang teori perilaku konsumen (the theory of consumen behavior) yang
menjelaskan bagai mana konsumen mengaalokasikan pendapatan mereka untuk member
berbagai macan barang dan jasa.
Bagaimanakah seorang konsumen dengan
pendapatan terbatas memutuskan barang dan jasa mana yang akan dibeli? Ini merupakan masalah dasar
dalam ilmu mikroekonomi-salah satu hal yang kita bahas bab ini dan bab
selanjutnya kita akan melihat bagaimana konsumen mengalokasikan pendapatan
mereka pada barang dan menjelaskan bagaimana keputusan alokasi tersebut
menentukan permintaan untuk beragam barang dan jasa. Kemudian, pemahaman
tentang keputusan pembelian konsumen akan membantu kita memahami bagaimana
perubahan pendapatan dan harga memengaruhi permintaan untuk barang dan jasa
serta mengapa permintaan untuk beberapa produk lebih sensitif dari pada produk
lainnya pada perubahan harga dan pendapatan.
Cara tebaik untuk memahami perilaku
konsumen adalah dengan tiga langkah yang berbeda:
1. Preferensi konsumen: langkah
pertama adalah menemukan cara yang praktis untuk menggambarkan alasan-alasan
mengapa orang lebih suka satu barang daripada barang yang lain. Kita akan
melihat bagaimana preferensi konsumen
untuk berbagai barang dapat digambarkan secara grafik dan aljabar.
2. Keterbatasan Anggaran:
sudah pasti, konsumen juga mempertimbangkan harga
oleh karena itu, dalam langkah kedua ini kita harus menyadari adanya
kenyataan bahwa konsumen mempunyai keterbatasan pendapatan yang membatasi
jumlah barang yang dapat mereka beli. Apa yang harus dilakukan konsumen dalam
situasi seperti ini ? Kita menemukan jawaban untuk pertanyaan ini dengan
mengabungkan preferensi konsumen keterbatasan anggaran dalam langkah ketiga
berikut.
3.
Pilihan-pilihan
konsumen: dengan mengetahui preferensi dan keterbatasan
pendapat mereka, konsumen memilih utnutk membeli kombinasi barang-barang yang
memaksimalkan kepuasan mereka. Kombinasi ini akan bergantung pada harga
berbagai barang tersebut. Jadi,
pemahaman pada pilihan konsumen akan membantu kita memahami permintaan-yaitu, berapa banyak jumlah
suatu barang yang dipilih konsumen untuk dibeli bergantungan pada harganya.
Ketiga langkah ini merupakan dasar dari
teori konsumen, dan kita akan membahasnya secara rinci dalam tiga bagaian pada
bab ini. Kemudian, kita akan mengalih sejumlah aspek menarik lainnya dari
perilaku konsumen sebagai contoh, kita akan melihat bagai mana seseorang dapat
menentukan sifat dasar preferensi konsumen melalui pengamatan actual terhadap
perilaku konsumen. Jadi, jika konsumen memilih satu barang dari barang
alternatif dengan harga yang sama, kita dapat mengambil kesimpulan nahwa ia
lebih menyukai barangyang pertama. Kesimpulan yang sama dapat diambil dari
kepususan aktual yang dilakukan konsumen dalam menanggapi perubahan harga
berbagai barang dan jasa yang tersedia untuk dibeli.
Pada akhir bab ini, kita akan kembali
pada pembahasan tentang harga riil dan nominal yang sudah mulai kita bahas pada
Bab 1. Kita melihat bahwa Indeks Harga Konsumen dapat memberikan satu ukuran
bagaimana kesejahteraan konsumen berubah sepanjang waktu. Pada bab ini, kita
mempelajari lebih mendalam mengenai subjek daya beli dengan menggambarkan
serangkaian indeks yang mengukur perubahan daya beli sepanjang waktu. Karen hal
itu memengaruhi manfaat dan biaya dari sejumlah program kesejahteraan sosial,
indeks-indeks ini merupakan perangkat yang signifikan dalam menetapkan
kebijakan pemerintah di Amerika Serikat.
Apa
yang dilakukan konsumen ?
Sebelum mulai pembahasan, kita harus
jelas terlebih dahulu tentang asumsi yang dipakai pada perilaku konsumen, dan
apakan asumsi-asumsi tersebut cukup realistis sulit untuk memperdebatkan
anggapan bahwa konsumen memiliki preverensi (kesukaan) atas sejumlah barang dan
jasa yang tersedia untuk mereka dan bahwa mereka dibatasi dengan anggaran
keuangan yang memaksa mereka untuk menetukan pilihan mana yang dapat dibeli.
Tapi, kita mungkin akan sependapat dengan argumentasi bahwa konsumen akan
memutuskan kombinasi barang dan jasa yang mana, yang dibeli untuk memaksimalkan
tingkat kepuasan mereka. Apakah para konsumen bertindak rasional dan
berpengetahuan seperti yang diharapkan oleh para ekonomi?
Kita tahu bahwa konsumen tidak selalu
melakukan keputusan pembelian secara rasional. Sebagai contoh, kadang-kadang
konsumen membeli sesuatu dengan tiba-tiba, merupakan atau tidak memperhitungkan
keterbatasan anggaran keuangan yang mereka miliki (dan akibatnya berhutang),
dan kadang-kadang konsumen tidak yakin atas preferensi mereka atau dipengaruhi
dengan apa yang telah dibeli oleh teman atau tetangga, atau bahkan perubahan
suasana hati mereka sendiri. Dan bahwa bila konsumen bertindak secara rasional,
yang mungkin tidak dapat selalu dilakukan konsumen untuk memperhitungkan banyak
harga dan pilihan yang mereka hadapi setiap hari.
Para
ekonimi sedang mengembangkan model perilaku konsumen yang menggabungkan
asumsi-asumsi yang lebih realistis cepet tentang rasionalitas dan pengambilan
keputusan. Bidang penelitian ini yang disebut dengan ekonomi perilaku (behavioral economics) yang banyak diambil dari
temuan-temuan dibidang psikologi dan ilmu lainnya yang terkait. Kita akan
membahas beberapa hasil utama dari ekonomi perilaku pada Bab 5. Pada poin ini ,
kami ingin menegaskan bahwa model dasar dari perilaku konsumen adalah
menggunakan asumsi-asumsi yang disederhanakan. Namun, kami juga menggaris
bawahi bahwa model ini sangat sukses dalam member penjelasan atas apa yang
sesungguhnya kita pelajari tentang pilihan
dan karakteristik permintaan konsumen.
Untuk itu, model ini merupakan bahan utama (“workhose”) bagi ilmu ekonomi. Model ini juga digunakan dilingkup
yang lebih luas, tidak hanya dibidang ekonomi, tapi juga bidang keuangan dan
pemasaran.
Preferensi
Konsumen
Dengan begitu banyak jumlah barang dan
jasa yang disediakan oleh ekonomi industri untuk dibeli dan selera individual
yang berbeda-beda, bagaimana kita dapat menggambarkan preferensi konsumen
secara logis? Mari kita mulai dengan memikirkan bagai mana seorang konsumen
dapat membandingkan kelompok-kelompok item yang berbeda dibeli. Akankah satu
kelompok item lebih disukai dari pada kelompok item yang lain? Atau akankah
konsumen tidak peduli antara kedua pilihan kelompok tersebut.
Keranjang
Pasar
Kita menggunakan istilah keranjang pasar (market basket) untuk
sekelompok item tertentu. Secara spesifik, kerajang
pasar adalah sebuah daftar dari salah satu lebih komoditi dengan jumlah
tertentu. Keranjang pasar dapat berisikan beragam item pangan dalam sebuah
kereta dorong. Dapat pula berarti jumlah pangan, sandang dan papan yang dibeli
konsumen setiap bulannya. Banyak ahli ekonomi yang juga menggunakan kata bendel
(bundle) untuk arti yang sama dengan
keranjang pasar.
Bagaimana konsumen memilih keranjang
pasar? Misalnya, bagaimana mereka memutuskan berapa banyak pangan versus
sandang yang dibeli setiap bulannya? Meskipun pilihan konsumen mungkin
kadang-kadang sewenang-wenang, Seperti
yang akan segera kita lihat, konsumen biasanya memilih keranjang pasar yang
membuat mereka seberuntung mungkin.
Tabel 3.1 Keranjang Pasar Alternatif
|
Keranjang
Unit Makan
Unit Sandang
|
A
20 30
|
B
10 50
|
D
40 20
|
E 30 40
|
G
10 20
|
H
10 40
|
Catatan: Kita akan menghindari
pemakaian huruf C (Clothing) dan F (Food) untuk menyatakan keranjang pasar,
agar keranjang pasar tidak tertukar dengan jumlah unit sandang dan pangan
|
Tabel 3.1 menunjukkan beberapa keranjang
pasar yang berisikan berbagai jumlah pangan dan sandang yang dibeli setiap
bulan. Jumlah item pangan dapat diukur dengan cara menghitung jumlah apa saja:
dari jumlah total wadahnya (konteiner), dari jumlah kemasan masng-masing item
(misalnya: susu, daging, dll), atau dari jumlah pon atau gram. Begitu juga
sandang dapat dihitung sebagai jumlah total potongan, sebagai juga potongan
dari masing-masing jenis sandang, dan sebagai berat total atau volume. Karena
metode pengukuran itu sangat tidak menentukan, kita akan menjelaskan item dalam
keranjang pasar tersebut secara sederhana dalam pengertian jumlah total unit dari masing-masing komoditi.
Keranjang pasar A, misalnya terdiri dari 20 unit pangan dari 30 unit sandang:
keranjang B 10 unit pangan dan 50 unit sandang dan seterusnya.
Untuk menjelaskan teori perilaku
konsumen, kita akan menanyakan apakah konsumen lebih suka suatu keranjang pasar
dari pada keranjang yang lain. Perhatikan bahwa teori tersebut berasumsi bahwa
preferensi konsumen masuk akal dan konsisten kami akan menjelaskan apa maksut
dari asumsi-asumsi ini pada sub-bagian berikut.
Beberapa
Asumsi Dasar Mengenai Preferensi
Teori tentang perilaku konsumen dimulai
dengan tiga asumsi dasar mengenai preferensi orang pada satu keranjang pasar
dibandingkan dengan keranjang lainnya. Kami percaya bahwa asumsi-asumsi ini
berlaku untuk banyak orang dalam berbagai situasi:
1. Kelengkapan:
Preferensi diasumsikan lengkap. Dengan
kata lain, konsumen dapat membandingkan dan menilai semua keranjang pasar.
Dengan kata lain, untuk setiap dua keranjang pasarA dan B, konsumen akan lebih
suka A dari pada B, lebih suka B dari pada A, atau akan tidak peduli pada kedua
pilihan. Yang dimaksut dengan tidak peduli adalah bahwa seseorang akan
sama puasnya dengan pilihan keranjang manapun. Perhatikanlah bahwa preferensi
ini mengabaikan harga. Seorang konsumen mungkin lebih suka bistik dari pada hamburger,
tetapi akan membeli hamburger karena lebih murah.
2. Transitivitas:
Preferensi adalah transitif.
Teransitifitas berarti bahwa jika seorang konsumen lebih suka keranjang A
daripada keranjang pasar B, dan lebih suka B dari pada C, maka konsumen itu
dengan sendirinya lebih suka A dari pada C. Misalnya, jika mobil Porsche lebih
disukai daripada mobil Cadillac dan Cadillac lebih disuka dari pada Chevrolet,
maka mobil Porsche juga lebih disukai dari pada Chevrolet. Transitifitas ini
biasanya dianggap perlu untuk konsintensi konsumen.
3. Lebih Baik Berlebih daripada Kurang:
semua barang yang “baik” adalah barang yang diinginkan. Sehingga konsumen selalu menginginkan lebih banyak
barang daripada kurang. Sebagai tambahan, konsumen tidak akan pernah puas
atau kenyang;lebih banyak selalu lebih
menguntungkan, meskipun lebih untungnnya hanya sedikit saja. Asumsi ini
dibuat untuk alasan pengajaran;yang menyederhanakan analisis grafik tentusaja,
berapa beberapa barang, seperti polusi udara, mungkin tidak diinginkan, dan
konsumen selalu akan menginginkannya lebih sedikit. Kita mengabaikan
“barang-barang jelek seperti itu” dalan keerangka pembahasan tentang pemilihan
konsumen karena kebanyakan konsumen itu akan memilih untuk membelinya. Kita
akan membahasnya dalam buku ini.
Ketiga asumsi ini
merupakan dasar teori tentang konsumen. Ketiganya tidak menjelaskan
preferensikan konsumen, tetapi menekankan adanya tingkat rasionalliatas dan
kewajaran pada asumsi tersebut. Atas dasar asumsi-asumsi ini akan menyelidiki
perilaku konsumen secara lebih rinci.
Pilihan
Konsumen
Dengan mengetahui
preferensi dan keterbatasan anggaran, kita sekarang dapat menentukan bagai mana
konsumen secara individu memilih berapa banyak barang yang akan dibelinya. Kita
berasumsi bahwa konsumen membuat pilihan ini dengan cara yang rasional-yakni bahwa
mereka memilih barang untuk memaksimalkan
kepuasan yang dapat mereka capai, dengan anggaran yang terbatas.
Keranjang pasar yang maksimal harus
memenuhi dua syarat:
1.
Harus
berada pada garis anggaran. Untuk mengetahui mengapa harus
demikian, perhatikanlah bahwa garis anggaran akan ada sisa pendapatan yang
tidak dialokasikan, yang jika dibelanjakan dapat meningkatkan kepuasan
konsumen. Tentusaja, konsumen dapat-dan kadang-kadang-menabung sebagian dari
pendapatannya untuk dikonsumsi dikemuadian hari ini berarti bahwa pilihan itu
tidak hanya antara pangan dan sandang, tetapi antara mengkonsumsi pangan atau
sandang sekarang dan mengkonsumsi pangan atau sandang dikemudian hari. Untuk
penyederhanaan kita berasumsi bahwa seluruh pendapatan dibelanjakan sekarang.
Perhatikan juga bahwa setiap keranjang pasar disebelah kanan dan diatas garis
anggaran tidak dapat dibeli dengan pendapatan yang ada. Dengan demikian,
satu-satunya pilihan yang masuk akal dan mungkin adalah keranjang pasar pada
garis anggaran.
2.
Harus
memberikan kombinasi barang dan jasa yang paling disukai konsumen.
Kedua syarat ini mengurangi masalah dalam memaksimalkan kepuasan konsumen
dengan memilih keranjang pada titik yang tepat pada garis anggaran.
Indeks
Paasche
Indeks biaya-hidup lain yang biasanya
dipakai adalah indeks Paasche (Paasche
Index). Tidak seperti indeks Laspeyres, yang berfokus pada biaya pembelian
keranjang pada tahun dasar, indeks Paasche berfokus pada biaya pembelian
keranjang pada tahun yang sedang berjalan
(sekarang). Secara khusus, indeks paasche menjawab pertanyaan lain, yaitu:
Berapa jumlah uang pada harga tahun sekarang yang diperlukan seseorang untuk
membeli keranjang barang dan jasa dibagi dengan biaya untuk membeli keranjang
yang sama pada tahun dasar?
Membandingkan
indeks Laspeyres dan indeks Paasche. Akan sangat membantu
bila kita membandingkan indeks biaya hidup Laspeyres dan Paasche.
· Indeks Laspeyres: jumlah
uang pada harga tahun yang sedang berjalan yang dibutuhkan seseorang untuk
membeli keranjang barang dan jasa yang telah dipilih pada tahun dasar dibagi dengan biaya untuk membeli
keranjang yang sama pada harga tahun dasar.
· Indeks Paasche:
Jumlah uang pada harga tahun yang sedang berjalan yang dibutuhkan seseorang
untuk membeli keranjang barang dan jasa yang dipilih pada tahun yang sedang berjalan dibagi dengan biaya untuk
membeli keranjang yang sama pada tahun dasar.
Kedua indexs, Laspeyres (LI) dan Paasche
merupakan Indeks Berbobot-Tetap (Fixed-Weight Indexes) dalam arti Indeks
biaya hidup dimana jumlah barang dan jasa tetap, tidak berubah. Jumlah berbagai barang dan jasa pada setiap
indeks tidak berubah. Namun, untuk indeks Laspeyres
jumlah barang dan jassa tidak berubah pada tingkat tahun dasar, sedangkan Indeks Paasche jumlah barang dan jasa
tidak berubah pada tingkat tahun sekarang.
keseimbangan
tujuan dari model perilaku konsumen adalah untuk menentukanpreferensi pendapat
dan harga barang mempengaruhi pilihan konsumen adalah untuk memaksimumkan
tingkat kepuasan bahwa untuk membeli barang konsumen tidak akan melebihi jumlah
pendapatan per periode tentunya yang dapat dia belanjakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar